//
you're reading...
Tak Berkategori

TEMPAT IMAM LEBIH TINGGI DARI MAKMUM

TEMPAT IMAM LEBIH TINGGI DARI MAKMUM

 

عَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ اْلأَنْصَارِي قَالَ نَهَى رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم أَنْ يَقُوْمَ اْلإِمَامُ فَوْقَ شَيْءٍ وَالنَّاسُ خَلْفَهُ يَعْنِي أَسْفَلَ مِنْهُ. (الدارقطنى 2/88)

Dari Abu Mas’ud Al-Anshariy, berkata: Rasulullah saw melarang seorang imam berdiri di atas sesuatu sedangkan orang-orang di belakangnya (makmum) lebih rendah darinya. (HR Ad-Daroquthniy)

 

عَنْ هَمَّامٍ أَنَّ حُذَيْفَةَ أَمَّ النَّاسَ بِالْمَدَائِنِ عَلَى دُكَّانٍ فَأَخَذَ أَبُو مَسْعُودٍ بِقَمِيصِهِ فَجَبَذَهُ فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ صَلَاتِهِ قَالَ أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّهُمْ كَانُوا يُنْهَوْنَ عَنْ ذَلِكَ قَالَ بَلَى قَدْ ذَكَرْتُ حِينَ مَدَدْتَنِي. (أبو داود كتاب الصلاة باب الإمام يقوم مكانا أرفع من مكان القوم)

Dari Hamam, sesungguhnya Hudzaifah mengimami orang-orang di Madain di atas dukan (tempat yang tinggi) Lalu Abu Mas’ud memegang gamisnya dan menariknya, ketika selesai salat ia berkata: Tidakkah kamu tahu bahwa sesungguhnya mereka (para sahabat) melarang dari hal itu. Dia menjawab: tentu saja saya tahu, sungguh saya ingat ketika kamu menarikku. (HR Abu Daud)

 

وَ عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ: أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم جَلَسَ عَلَى اْلمِنْبَرِ فِى أَوَّلِ يَوْمٍ وُضِعَ فَكَبَّرَ وَهُوَ عَلَيْهِ ثُمَّ رَكَعَ ثُمَّ نَزَلَ اْلقَهْقَرِى فَسَجَدَ وَسَجَدَ النَّاسُ مَعَهُ, ثُمَّ عَادَ ثُمَّ فَرَغَ, فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا فعلت هَذَا لِتَأْتَمُّوا بى وَلِتَعَلَّمُوا صَلَاتِي. (متفق عليه)

Dari Sahl bin Sa’d: sesungguhnya Nabi saw duduk di atas mimbar pada siang hari lalu takbir di atasnya kemudian ruku’ kemudian turun (dari mimbar) dengan mundur lalu sujud dan orang-orang   sujud mengikuti beliau, lalu mengulanginya sampai selesai, ketika selesai salat beliau bersabda: Wahai orang-orang! Sesungguhnya saya melakukan ini agar kamu dapat mengikutiku dan mempelajari salatku. (Muttafaq ‘alaih)

قَالَ ابْنُ دَقِيْقِ اْلعِيْدِ : مَنْ أَرَادَ أَنْ يَسْتَدِلَّ بِهِ عَلَى جَوَازِ اْلاِرْتِفَاعِ مِنْ غَيْرِ قَصْدِ التَّعْلِيْمِ لَمْ يَسْتَقِمْ لِأَنَّ اللَّفْظَ لاَ يَتَنَاوَلَهُ. (نيل الأوطار 3: 236)

Ibnu Daqiqil-‘Ied berkata: Barang siapa yang bermaksud menjadikan hadits ini sebagai dalil atas bolehnya irtifa’ (imam lebih tinggi dari makmum) tanpa maksud ta’lim (memberikan pengajaran), maka tidaklah benar, karena lafadz ini tidak mencakup hal tersebut. (Nailul-Authar III: 246)

 

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُولَيَيْنِ مِنْ صَلَاةِ الظُّهْرِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ يُطَوِّلُ فِي الْأُولَى وَيُقَصِّرُ فِي الثَّانِيَةِ وَيُسْمِعُ الْآيَةَ أَحْيَانًا –الحديث-. (البخاري كتاب الأذان باب القراءة فى الظهر)

Dari Abu Qotadah, berkata: Adalah Nabi saw membaca pada dua raka’at pertama dari salat dzuhur dengan surat al-fatihah dan dua surat yang lainnya, beliau memanjangkan bacaan pada raka’at pertama dan meringankannya pada raka’at kedua dan kadang-kadang memperdengarkan kepada kami ayat tersebut. (HR Al Bukhariy)

 

قال أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُخَالِطُنَا حَتَّى يَقُولَ لِأَخٍ لِي صَغِيرٍ يَا أَبَا عُمَيْرٍ مَا فَعَلَ النُّغَيْرُ طَائِرٌ كَانَ يَلْعَبُ بِهِ قَالَ وَنُضِحَ بِسَاطٌ لَنَا قَالَ فَصَلَّى عَلَيْهِ وَصَفَّنَا خَلْفَهُ. (رواه أحمد)

Anas bin Malik berkata: Adalah Rasulullah saw bergaul dengan kami lalu berkata kepada adikku: Ya Abu Umair apa yang dilakukan oleh nughoir – burung yang suka bermain dengannya- ia (Anas) berkata: lalu dicucilah tikar kami dan beliau salat di atasnya dan mengatur shaf kami di belakangnya. (HR Ahmad)

 

 

KESIMPULAN:

  1. Tempat Imam tidak boleh lebih tinggi dari makmum
  2. Tempat imam boleh lebih tinggi dari makmum jika dengan maksud ta’lim (memberikan pengajaran)
  3. Imam boleh memakai tikar sedangkan makmumnya tidak.
  4. Tempat makmum boleh lebih tinggi dari imam, karena tidak ada dalil yang melarangnya

About lukmanbudaya

Anak Metal Ingat Agama

Diskusi

Belum ada komentar.

Tinggalkan komentar

Arsip

Meta